Seorang pejabat tinggi, sebut saja si Fulan, merasa
deg-degan dicap sebagai koruptor oleh Gus Dur. Sebab, Gus Dur mengatakan bahwa
perbuatan tertentu yang dilakukan si Fulan tak bisa lain kecuali diartikan
korupsi. “Dibolak-balik bagaimanapun, itu adalah korupsi. Titik,” kata Gus Dur.
Mungkin atas permintaan si Fulan atau diimbau orang lain,
salah seorang yang dekat dengan Gus Dur meminta agar Gus Dur tak lagi menyerang
si Fulan, apalagi dengan tuduhan korupsi. Si Fulan dalam kasus itu sama sekali
tak melakukan korupsi, melainkan sekadar meneruskan secara resmi sebuah
permohonan. Apalagi, ada yang memalsukan susbtansi persoalannya.
Gus Dur pun setuju untuk tak lagi mengatakan si Fulan
korupsi Tetapi besoknya, Gus Dur bilang si Fulan itu tergolong teroris karena
ikut mendalangi beberapa kerusuhan. Ketika ditanya mengapa masih menyerang si
Fulan, padahal sudah menyatakan tak akan menyerangnya lagi, Gus Dur pun
menjawab bahwa dirinya sudah memenuhi janji untuk tidak lagi mengatakan si
Fulan korupsi.
Saya tadi kan tak bilang dia korupsi, saya hanya bilang teroris,
jawabnya enteng.
*********
Cerita tersebut menunjukkan kelihaian Gus Dur melakukan
serangan politik sambil berkelit dengan mengundang senyum geli. Serangan atau
kelitan poitik Gus Dur kerap mengundang tawa geli karena selain sangat keras
juga lucu. Dia memang dikenal sebagai penyaji humor politik tingkat tinggi.
Kita masih ingat humor politik Gus Dur yang dilempar kepada
Presiden Kuba Fidel Castro. Ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke Kuba, Gus
Dur memancing tawa saat menyelingi pembicaraannya dengan Castro bahwa semua
presiden Indonesia punya penyakit gila. Presiden pertama Bung Karno gila
wanita, presiden kedua
Soeharto gila harta, presiden ketiga Habibie benar-benar
gila alias gila beneran, sedangkan Gus Dur sendiri sebagai presiden keempat
sering membuat orang gila karena yang memilihnya juga orang-orang gila.
Sebelum tawa Castro reda, Gus Dur langsung bertanya. “Yang
Mulia Presiden Castro termasuk yang mana?” Castro menjawab sambil tetap
tertawa, “Saya termasuk yang ketiga dan keempat.”
Apa selesai sampai di situ ? Tidak. Ketika mengunjungi
Habibie di Jerman, oleh orang dekat Habibie Gus Dur diminta mengulangi cerita
lucunya dengan Castro itu. Merasa tak enak untuk menyebut Habibie benar-benar
gila atau gila beneran, Gus Dur memodifikasi cerita tersebut. Kepada Habibie,
dia mengatakan, dirinya bercerita kepada Castro bahwa presiden Indonesia
hebat-hebat.
Kata Gus Dur, Presiden Soekarno negarawan, Presiden Soeharto
seorang hartawan, Presiden Habibie ilmuwan, sedangkan Gus Dur wisatawan. Selain
menghindari menyebut Habibie benar-benar gila, jawaban itu sekaligus merupakan
jawaban Gus Dur yang bersahabat atas kritik bahwa dirinya sebagai presiden
banyak pergi ke luar negeri seperti berwisata saja.
Gus Dur memang sangat humoris. Bahkan, pelawak-pelawak
Srimulat jadi kelabakan jika beradu lucu dengan Gus Dur. Suatu saat, Tarzan
Srimulat dan kawan-kawan mengaku kehabisan bahan untuk melucu karena acaranya
didahului dengan sambutan Gus Dur yang sangat lucu. Dalam melucu, Gus Dur tak
jarang memulai dengan menertawai dirinya sendiri sehingga orang lain tak
tersinggung.
Ketika berceramah di depan kerumunan massa, misalnya, Gus
Dur mengajak massa untuk membaca salawat bersama-sama dengan suara keras.
Setelah itu, dia mengatakan, selain mencari pahala, ajakan membaca salawat
tersebut adalah untuk mengetahui berapa banyak orang yang hadir.
“Dengan lantunan salawat tadi, saya jadi tahu berapa banyak
yang hadir di sini. Habis, saya tak bisa melihat. Jadi, untuk tahu besarnya
yang hadir, ya dari suara salawat saja,” jelasnya.
Tapi, humor dan kelitan Gus Dur bukan sekadar lucu-lucuan.
Ketika pada 1998/1999 terjadi kontroversi panas mengenai wacana negara kesatuan
dan negara federal, Gus Dur menawarkan solusi agak lucu tetapi mengena. Ketika
itu, Amien Rais dengan bendera PAN mengajak kita berwacana atau memikirkan
kemungkinan Indonesia menjadi negara federal. Menurut Amien, negara federal
bisa lebih demokratis diterapkan di negara sebesar Indonesia.
Ajakan itu kontan mendapat tanggapan panas, misalnya, dari
Akbar Tandjung (Golkar) dan Megawati (PDIP). Amien diserang habis karena
dianggap mau merusak keutuhan dan persatuan bangsa dan negara.
Ketika ditanya soal kontroversi itu, Gus Dur mengatakan,
negara federal baik karena menjamin lebih demokratis, sedangkan negara kesatuan
baik karena lebih menjamin keutuhan bangsa.
“Kalau saya begini saja, namanya tetap negara kesatuan, tapi
isinya pakai negara federal. Gitu saja kok repot,” kata Gus Dur dalam wawancara
eksklusif dengan RCTI.
Oleh : Moh. Mahfud
M.D.
Sumber Garuda Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar