Probolinggo – Kasus pembunuhan Salim Kancil pada Sabtu
26 September 2015 lalu, telah menyita perhatian publik Tanah Air, dari
masyarakat biasa hingga Presiden Joko Widodo. Aksi solidaritas terus mengalir
dari sejumlah elemen.
Kamis,
1 Oktober 2015, Jaringan Gusdurian Probolinggo bersama PMIIKomisariat
Zainul Hasan melakukan aksi solidaritas, di Alun-alun Kraksaan, Probolinggo.
“Meskipun
beberapa pelaku sudah ditetapkan menjadi tersangka, tetapi kasus ini sangat
rumit karena menyangkut pembunuhan dan pertambangan yang eksploitatif,” kata
koorlap aksi, Raden Kholil seraya berteriak.
Pembunuhan
diduga karena Salim Kancil melakukan gerakan penolakan atas penambangan pasir
liar di Pantai Watu Kecak, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasiran, Lumajang.
Salim
bersama Tosan menjadi pengurus Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir.
Kelompok ini sangat keras menyuarakan penolakan terhadap aksi penambangan.
Akibatnya, Salim Kancil dan Tosan dikeroyok 40 orang pro penambangan. Salim
tewas dan Tosan mengalami luka-luka berat.
Menurut
Kholil, dua kasus pembunuhan dan penambangan tidak bisa dipisahkan. Keduanya
saling berhubungan. “Karenanya perlu disikapi dengan serius,” ujarnya.
Dia
meminta, kelompok yang melakukan pendampingan dan advokasi terhadap kasus
tersebut harus betul-betul paham kondisi lapangan dan keluarga korban. “Jangan
menjadi penumpang gelap dibalik kasus,” pungkasnya. (sin/jaz)
Sumber Santrinews
Sumber Santrinews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar